Lagi - lagi kali in saya berkunjung ke Ubud. Saya heran kenapa saya selalu attached dengan Ubud, baik untuk bekerja maupun untuk sekedar jalan - jalan.
Kali ini saya pergi bersama seorang sahabat lama, kami sudah berjanji untuk sarapan bareng di Ubud. Pilihan jatuh pada Nasi Bali di Warung Teges di Ubud bagian timur selatan.
Dari Denpasar kami memulai pagi dan bersemangat untuk sarapan kami yang tidak biasanya ini. Kami mengambil rute Denpasar - Batubulan - Celuk - Sukawati - Batuan - Mas - Teges selama 40 menit. Sampai di Warung Teges, aroma masakan bali sudah terasa. Kami memesan 2 nasi campur.
"Ekstra lawar putih Bu !" kata teman saya yang tidak mau kehabisan jatah makanan khas Bali ini. Teh Botol Sosro dan Fresh Tea adalah penemannya.
Dalam 5 menit makanan datang... piring ingka (piring dari bahan ulatan lidi kelapa) dengan daun sebagai alasnya. Sangat tradisional dan sudah langka. Porsi nasi cukup, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, lawar dua macam, telur bumbu bali, tum, gorengan, sambal matah dan sambal tomat.
Agak berat untuk sarapan, tapi perut Bali kami sudah terbiasa dan tidak ada efek yang berarti. Kami sangat menikmati.
Perut sudah penuh kami melanjutkan perjalanan, sebelumnya tidak lupa kami mengambil beberapa bungkus Kue Sagon untuk oleh - oleh, kue kelapa buatan Ubud yang juga dijual di sana
Nasi Campur Rp. 10,000 per porsi
Teh Botol Rp 2,000 per botol
Fresh Tea Rp 2,000 per botol
Kue Sagon Rp 2,000 per bungkus
Kali ini saya pergi bersama seorang sahabat lama, kami sudah berjanji untuk sarapan bareng di Ubud. Pilihan jatuh pada Nasi Bali di Warung Teges di Ubud bagian timur selatan.
Dari Denpasar kami memulai pagi dan bersemangat untuk sarapan kami yang tidak biasanya ini. Kami mengambil rute Denpasar - Batubulan - Celuk - Sukawati - Batuan - Mas - Teges selama 40 menit. Sampai di Warung Teges, aroma masakan bali sudah terasa. Kami memesan 2 nasi campur.
"Ekstra lawar putih Bu !" kata teman saya yang tidak mau kehabisan jatah makanan khas Bali ini. Teh Botol Sosro dan Fresh Tea adalah penemannya.
Dalam 5 menit makanan datang... piring ingka (piring dari bahan ulatan lidi kelapa) dengan daun sebagai alasnya. Sangat tradisional dan sudah langka. Porsi nasi cukup, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, lawar dua macam, telur bumbu bali, tum, gorengan, sambal matah dan sambal tomat.
Agak berat untuk sarapan, tapi perut Bali kami sudah terbiasa dan tidak ada efek yang berarti. Kami sangat menikmati.
Perut sudah penuh kami melanjutkan perjalanan, sebelumnya tidak lupa kami mengambil beberapa bungkus Kue Sagon untuk oleh - oleh, kue kelapa buatan Ubud yang juga dijual di sana
Nasi Campur Rp. 10,000 per porsi
Teh Botol Rp 2,000 per botol
Fresh Tea Rp 2,000 per botol
Kue Sagon Rp 2,000 per bungkus
Wah......, mesti mulai berbekal kamera juga nih kayaknya!
BalasHapusBiar posting-nya makin OK.
Congratulation, you have started a great thing!
hi miyasaka, thanks ya. sudah ada photonya tapi belum di edit. sabar.
BalasHapusartikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
BalasHapusArtikel kuliner terhangat
Artikel anda di infogue
anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!