Setelah kira - kira 5 bulan saya tidak melakukan kegiatan Yoga, akhirnya Sabtu lalu saya melakukannya lagi !
Ya Sabtu jam 7.30 selama 1 jam sebelum mulai kerja. Saya mengikuti program yoga untuk pemula. Di kelas yoga pagi itu terdapat 8 peserta, kebanyak pemula jadi kami di level yang sama.
Mula - mula kami melakukan pranayama pengaturan pernafasan yang baik, menghirup dari hidung dan keluar melalui mulut, selama 10 menit.
Dilanjutkan dengan gerakan - gerakan dasar dari Astanga Yoga, gerakan ini bagus untuk pemula untuk membuka jaringan otot. Gerakan ini terlihat ringan, namun bila kita melakukannya dengan posisi yang benar akan terasa otot kita tertarik untuk mencari posisi yang seharusnya.
Instruktur kami menyarankan untuk melakukan gerakan ini setiap hari agar bisa melanjutkan Yoga di tingkat berikut.
Alhasil, Sabtu saya jadi sangat segar dan bersemangat, tidak seperti hari Sabtu biasanya yang terasa lelah setelah bekerja 5 hari sebelumnya.
Seorang teman yang menyarankan saya untuk melakukan yoga pagi dan malam untuk mendapatkan hasil maksimal.
Mudah - mudahan saya bisa ber-Yoga sesering mungkin.
7 Nov 2007
Nasi Kuning
Siapa yang tidak suka nasi kuning? mungkin hanya 1 dari 100 orang. Terkadang saya sangat merindukan makan makanan sederhana ini. Tiap pagi toko atau warung di Denpasar menyediakan nasi kuning bungkus untuk mereka yang ingin sarapan kilat. Nasi kuning paling enak kalau masih hangat, dan kuningnya berasal dari Kunyit ditambahkan sedikit santan agar gurih.
Namun saya tidak bisa makan nasi kuning tiap hari karena
berkalori tinggi dan tidak baik untuk
program penurunan berat badan saya :-)
Jadilah suatu pagi saya membeli nasi kuning untuk sarapan nikmat saya.
Nasi kuning
Serundeng
Tempe Manis
Ayam Sisit
Sambal Tomat
Rp. 3,000 per bungkus.
program penurunan berat badan saya :-)
Jadilah suatu pagi saya membeli nasi kuning untuk sarapan nikmat saya.
Nasi kuning
Serundeng
Tempe Manis
Ayam Sisit
Sambal Tomat
Rp. 3,000 per bungkus.
Nikmat !
Kapan lagi ya bisa makan nasi kuning ?
Labels:
Nasi Kuning,
Sarapan
26 Okt 2007
Sabtu Ini
Teman untuk saling memberi semangat, masukkan dan bergembira bersama.
Di sela-sela rutinitas bekerja, aku dan tiga temanku memutuskan untuk melakukan hal yang lain setiap hari Sabtunya, melakukan kegiatan yang menyenangkan supaya tidak bosan dan ada yang ditunggu di akhir minggu.
Pagi ini kami berjalan menyusuri setapak di pinggiran sungai Petanu, berangkat jam 6.15 dari rumah masing-masing, jam 7 pagi kami siap untuk aktivitas menyegarkan ini.
Jarak yang ditempuh kira - kira 1 km turun dan menanjak, menikmati hijau dedaunan, burung berkicau, tanaman tropis dan suara gemericik sungai mengobati kepenatan bekerja 5 hari terakhir.
Pohon - pohon di pinggir sungai sebenarnya sudah aku kenal sejak masa kecil, namun sudah lama kami tidak menyentuh mereka, karena aku tinggal di Denpasar yang sudah jarang menemukan pepohonan itu.
Dua per tiga perjalanan kami beristirahat di sebuah bale sambil menikmati Nasi Kuning, nasi kuning terasa sangat spesial karena di santap di tempat yang spesial.
Kami menunggu hari Sabtu yang lain dangan kegiatan yang lain pula.
Sabtu, 27 Oktober 2007
Jarak yang ditempuh kira - kira 1 km turun dan menanjak, menikmati hijau dedaunan, burung berkicau, tanaman tropis dan suara gemericik sungai mengobati kepenatan bekerja 5 hari terakhir.
Pohon - pohon di pinggir sungai sebenarnya sudah aku kenal sejak masa kecil, namun sudah lama kami tidak menyentuh mereka, karena aku tinggal di Denpasar yang sudah jarang menemukan pepohonan itu.
Dua per tiga perjalanan kami beristirahat di sebuah bale sambil menikmati Nasi Kuning, nasi kuning terasa sangat spesial karena di santap di tempat yang spesial.
Kami menunggu hari Sabtu yang lain dangan kegiatan yang lain pula.
Sabtu, 27 Oktober 2007
Labels:
Jalan bersama teman
25 Okt 2007
Who is the boss in your house ?
Pertanyaan ini muncul saat kami di ruang meeting membicarakan tentang banyaknya karyawan wanita yang dalam keadaan hamil. Di meeting ada 12 orang, 3 wanita (semua orang Bali) , 3 dari para lelaki bukan orang Bali.
Dalam satu department operasional di tempatku bekerja sekarang ini ada 6 staff yang sedang hamil, si supervisor kebingungan mengatur jadwal kerja mereka. Karena bila kehamilan sudah mencapai usia 6 bulan, mereka kebanyakan bekerja di back office, dan supervisor harus mencari alternatif pengganti mereka.
Lain kali untuk menghindari kehamilan yang berlebihan kita tugaskan staff wanita kita untuk evening shift saja, jadi sampai di rumah sekitar jam 11.30 malam mereka sudah lelah, kata atasanku sembari bercanda.
Lalu si supervisor yang simpati dengan wanita Bali, bilang bahwa wanita Bali tidak kenal lelah, tidak akan "say no" dan selalu mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Dia juga bilang "In Bali, man is the boss " Untuk informasi mereka keduanya laki - laki dan bukan orang Bali tapi sudah lama menetap di Bali.
Para lelaki yang ada di ruang meeting (hampir semua orang Bali) merasa disinggung dengan kenyataan itu. Bapak atasan menanyai kami satu persatu, "Who is the boss in you house?"
Tidak siap dengan pertanyaan itu kebanyakan dari kami menoleh ke kiri dan kanan, dan memberi jawaban yang mengambang.
" Who is the boss in your house ? "
.
Dalam satu department operasional di tempatku bekerja sekarang ini ada 6 staff yang sedang hamil, si supervisor kebingungan mengatur jadwal kerja mereka. Karena bila kehamilan sudah mencapai usia 6 bulan, mereka kebanyakan bekerja di back office, dan supervisor harus mencari alternatif pengganti mereka.
Lain kali untuk menghindari kehamilan yang berlebihan kita tugaskan staff wanita kita untuk evening shift saja, jadi sampai di rumah sekitar jam 11.30 malam mereka sudah lelah, kata atasanku sembari bercanda.
Lalu si supervisor yang simpati dengan wanita Bali, bilang bahwa wanita Bali tidak kenal lelah, tidak akan "say no" dan selalu mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Dia juga bilang "In Bali, man is the boss " Untuk informasi mereka keduanya laki - laki dan bukan orang Bali tapi sudah lama menetap di Bali.
Para lelaki yang ada di ruang meeting (hampir semua orang Bali) merasa disinggung dengan kenyataan itu. Bapak atasan menanyai kami satu persatu, "Who is the boss in you house?"
Tidak siap dengan pertanyaan itu kebanyakan dari kami menoleh ke kiri dan kanan, dan memberi jawaban yang mengambang.
" Who is the boss in your house ? "
.
Labels:
who is the boss ?
12 Okt 2007
Nasi Campur Teges Ubud
Lagi - lagi kali in saya berkunjung ke Ubud. Saya heran kenapa saya selalu attached dengan Ubud, baik untuk bekerja maupun untuk sekedar jalan - jalan.
Kali ini saya pergi bersama seorang sahabat lama, kami sudah berjanji untuk sarapan bareng di Ubud. Pilihan jatuh pada Nasi Bali di Warung Teges di Ubud bagian timur selatan.
Dari Denpasar kami memulai pagi dan bersemangat untuk sarapan kami yang tidak biasanya ini. Kami mengambil rute Denpasar - Batubulan - Celuk - Sukawati - Batuan - Mas - Teges selama 40 menit. Sampai di Warung Teges, aroma masakan bali sudah terasa. Kami memesan 2 nasi campur.
"Ekstra lawar putih Bu !" kata teman saya yang tidak mau kehabisan jatah makanan khas Bali ini. Teh Botol Sosro dan Fresh Tea adalah penemannya.
Dalam 5 menit makanan datang... piring ingka (piring dari bahan ulatan lidi kelapa) dengan daun sebagai alasnya. Sangat tradisional dan sudah langka. Porsi nasi cukup, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, lawar dua macam, telur bumbu bali, tum, gorengan, sambal matah dan sambal tomat.
Agak berat untuk sarapan, tapi perut Bali kami sudah terbiasa dan tidak ada efek yang berarti. Kami sangat menikmati.
Perut sudah penuh kami melanjutkan perjalanan, sebelumnya tidak lupa kami mengambil beberapa bungkus Kue Sagon untuk oleh - oleh, kue kelapa buatan Ubud yang juga dijual di sana
Nasi Campur Rp. 10,000 per porsi
Teh Botol Rp 2,000 per botol
Fresh Tea Rp 2,000 per botol
Kue Sagon Rp 2,000 per bungkus
Kali ini saya pergi bersama seorang sahabat lama, kami sudah berjanji untuk sarapan bareng di Ubud. Pilihan jatuh pada Nasi Bali di Warung Teges di Ubud bagian timur selatan.
Dari Denpasar kami memulai pagi dan bersemangat untuk sarapan kami yang tidak biasanya ini. Kami mengambil rute Denpasar - Batubulan - Celuk - Sukawati - Batuan - Mas - Teges selama 40 menit. Sampai di Warung Teges, aroma masakan bali sudah terasa. Kami memesan 2 nasi campur.
"Ekstra lawar putih Bu !" kata teman saya yang tidak mau kehabisan jatah makanan khas Bali ini. Teh Botol Sosro dan Fresh Tea adalah penemannya.
Dalam 5 menit makanan datang... piring ingka (piring dari bahan ulatan lidi kelapa) dengan daun sebagai alasnya. Sangat tradisional dan sudah langka. Porsi nasi cukup, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, lawar dua macam, telur bumbu bali, tum, gorengan, sambal matah dan sambal tomat.
Agak berat untuk sarapan, tapi perut Bali kami sudah terbiasa dan tidak ada efek yang berarti. Kami sangat menikmati.
Perut sudah penuh kami melanjutkan perjalanan, sebelumnya tidak lupa kami mengambil beberapa bungkus Kue Sagon untuk oleh - oleh, kue kelapa buatan Ubud yang juga dijual di sana
Nasi Campur Rp. 10,000 per porsi
Teh Botol Rp 2,000 per botol
Fresh Tea Rp 2,000 per botol
Kue Sagon Rp 2,000 per bungkus
Labels:
Nasi Bali Teges
Memanfaatkan Perjalanan Secara Maksimal
Saat ditunjuk untuk melakukan sebuah perjalanan, ada baiknya untuk memaksimalkan penjalanan dengan memikirkan aspek lain dari destinasi tersebut. Suatu hal yang bisa ditonjolkan atau ditulis selain tujuan utama kunjungan.
Bisa jadi dari aspek tradisi, makanan tradisional, permainan, ritual penduduk, sesuatu yang unik dari daerah tersebut.
Sekali lagi terima kasih Adam untuk ceritanya, ini akan menjadi inspirasi untuk saya mulai menulis. Paling tidak di blog baru saya ini.
Bisa jadi dari aspek tradisi, makanan tradisional, permainan, ritual penduduk, sesuatu yang unik dari daerah tersebut.
Sekali lagi terima kasih Adam untuk ceritanya, ini akan menjadi inspirasi untuk saya mulai menulis. Paling tidak di blog baru saya ini.
Labels:
Life on The Road (finish)
Simbiosis PR
Biaya bisa menjadi masalah besar bila tidak didukung dengan anggaran yang cukup. Untuk itu ada cara mendapat dukungan untuk tulisan yang kita buat. Yaitu bersimbiosis dengan humas terkait.
Dalam hal ini mengenai tulisan wisata, suatu destinasi akan mendukung upaya promosi untuk daerahnya. Hubungi badan wisata di daerah tersebut dan minta diberikan referensi untuk area - area seperti penerbangan, hotel, resto, tempat wisata dan lainnya. Sebagian dari mereka setuju untuk menyediakan tiket pesawat, akomodasi, kunjungan ke atraksi wisata untuk tujuan ini.
Namun tidak selalu demikian. Terkadang sebuah instansi menyetujui untuk berpartisipasi bila diberikan kredit untuk nama instansi. Harus dipastikan redaktur yang menunjuk setuju dengan ini agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Dalam hal ini mengenai tulisan wisata, suatu destinasi akan mendukung upaya promosi untuk daerahnya. Hubungi badan wisata di daerah tersebut dan minta diberikan referensi untuk area - area seperti penerbangan, hotel, resto, tempat wisata dan lainnya. Sebagian dari mereka setuju untuk menyediakan tiket pesawat, akomodasi, kunjungan ke atraksi wisata untuk tujuan ini.
Namun tidak selalu demikian. Terkadang sebuah instansi menyetujui untuk berpartisipasi bila diberikan kredit untuk nama instansi. Harus dipastikan redaktur yang menunjuk setuju dengan ini agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Labels:
Life on The Road (5)
Biaya Selama Perjalanan
Bagaimana dengan biaya selama perjalanan?
Ini tergantung bagaimana perjanjian awal dan tentunya dibicarakan terlebih dahulu. Bila ditunjuk untuk menulis di luar daerah dan memerlukan biaya, biasanya itu ditanggung oleh majalah yang menunjuk. Terkadang diatur/dibayar di depan, terkadang kita tagih di belakang.
Namun bila kita sudah ada di area tempat objek tulisan tentunya ini bukan suatu masalah dan tidak memerlukan biaya.
Ini tergantung bagaimana perjanjian awal dan tentunya dibicarakan terlebih dahulu. Bila ditunjuk untuk menulis di luar daerah dan memerlukan biaya, biasanya itu ditanggung oleh majalah yang menunjuk. Terkadang diatur/dibayar di depan, terkadang kita tagih di belakang.
Namun bila kita sudah ada di area tempat objek tulisan tentunya ini bukan suatu masalah dan tidak memerlukan biaya.
Labels:
Life on The Road (4)
Berbagai Cara Mengutarakan Topik
Topik dibuat semenarik mungkin agar redaktur/editor mempertimbangkannya. Perlu diingat siapa pembaca dari majalah itu. Topik bisa di tulis dalam satu sudut dari sebuah cerita, tergantung ketertarikan dari pembaca majalah tersebut.
Cara lain adalah membuat beberapa story angle untuk redaktur tinjau, buat title dan topik ringkasannya. Keuntungannya adalah redaktur dapat membuat pilihan sudut mana yang mereka suka.
Cara lain adalah membuat beberapa story angle untuk redaktur tinjau, buat title dan topik ringkasannya. Keuntungannya adalah redaktur dapat membuat pilihan sudut mana yang mereka suka.
Labels:
Life on The Road (3)
5 Okt 2007
Cara Mengutarakan Topik
Dalam workshop Life on The Road, Adam memberikan beberapa cara untuk mengutarakan topik tulisan yang akan dikirim ke editor. Perlu diingat bahwa Adam berbasis di U.S. jadi cara pengutaraan topik mungkin akan berbeda. Tidak ada salahnya mendengar apa yang dia sudah lakukan.
Labels:
Life on The Road (2)
4 Okt 2007
Life on The Road... a workshop
Taman Indrakila, Ubud, Sabtu, 29 September 2007
Datang pagi - pagi ke Ubud bukan untuk hal rutin, kali ini untuk sebuah workshop Life on The Road, bagian dari acara Ubud Writers and Readers Festival 2007. Selain untuk kebutuhan kantor yang memerlukan skilku dalam ide tulisan, juga ingin tahu lebih banyak tentang profesi travel writer. Tiba di Taman Indrakila jam 08.55 sebuah villa berlokasi di Sanggingan Ubud, tempat workshop diadakan. Peserta sudah siap dengan sesi hari itu, berharap bisa mendengar cerita dari Adam Skolnick si pembicara.
Peserta sekitar 30 orang, bercampur dari berbagai negara termasuk Indonesia. Profesi pun berbeda-beda, mulai dari guru, arsitek, redaksi majalah, produser tv, retirement, pr personnels dan orang yang memang sudah mulai jadi penulis. Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar.Jam 9 tepat workshop dimulai. Sesi perkenalan dimulai dengan memperkenalkan diri masing - masing.
Adam mulai bicara tentang kenapa dia di sana dan kehadiran dia bukan untuk mengajar bagaimana menulis, namun lebih ke membagi pengalaman yang dia sudah alami. Dia mulai bercerita bahwa penulis bukan profesi untuk mencari uang, dan untuk dipercaya menjadi penulis kontributor adalah "a tough job" sambungnya lagi. Ada banyak kesempatan untuk menjadi penulis profesional, selain tergantung dari kualitas tulisan juga perlu diketahui trik me-marketing-kan tulisan itu ke suatu publikasi.
"Write as you talk" itu katanya jadi biarkan tulisan natural seperti layaknya kita berbicara, masing - masing orang punya gaya menulis berbeda - beda.
Adam menyarankan untuk memulai dulu dengan menulis hal - hal spesifik (niche reporting) di mana kita memiliki pegetahuan yang cukup tentang topik itu. Sejalan dengan itu, kemahiran kita menulis semakin meningkat untuk bisa menulis topik - topik lainnya.
Tahap berikutnya adalah mencari publikasi atau media untuk kita bisa menjadi penulis kontributornya. Pe-ernya adalah mempelajari isi majalah tersebut, di bagian mana kita bisa memasukkan tulisan kita. Coba dengan memilih majalah lokal dulu sambil latihan untuk menjalin kontak dengan redaksi. Di tiap majalah atau publikasi selalu tertera nama tim redaktur, di majalah yang besar biasanya tim redakturnya banyak dan masing - masing sesi memiliki redaktur sendiri, misalnya redaktur fashion, masakan, kecantikan, keuangan dan sebagainya, di majalah yang kecil, pekerjaan itu dirangkap. Pastikan anda menghubungi redaktur yang tepat.
Bila kita sudah memiliki satu materi tulisan yang cocok untuk suatu majalah, hubungi redaktur dari majalah yang kita targetkan. Lebih baik menghubungi via telepon. Perlu diingat bahwa redaktur adalah orang yang sangat dan super sibuk. Jadi pastikan berbicara dengan singkat dan padat, yang perlu di kemukakan adalah topik tulisan kita, kenapa tulisan tersebut layak dimuat, sampaikan dengan cara semenarik mungkin. Tidak perlu bercerita panjang lebar karena mereka tidak ada waktu untuk itu. Jadi ungkapkan dengan singkat tujuan kita dan close the deal dengan minta alamat email mereka. Setelah itu segeralah kirim topik tulisan via email. Dalam topik tulisan perlu di jelaskan latar belakang penulis, dan kenapa mereka harus mempertimbangkan kita untuk menjadi kontributor. Beberapa alasan bisa diungkapkan misalnya : Anda sudah lama tinggal di daerah itu dan mengenal narasumber yang tepat. Anda memiliki profesi di bidang itu dan telah melakukannya sekian lama.
Bila akhirnya redaktur menghubungi kembali dan setuju untuk menunjuk kita sebagai kontributor, maka mulailah merangkai isi artikel. Adam menjelaskan bahwa setelah ditunjuk tulisan akan dimuat paling cepat 3 bulan dari waktu penunjukkan, mereka akan memberikan batas waktu pengiriman materi.
Terima kasih untuk Adam yang sudah berbagi cerita bernilai ini.
Selamat memulai menulis.
Selanjutnya…
Berbagai cara mengutarakan topik
Biaya selama perjalanan
PR simbiosis
Memanfaatkan perjalanan secara maksimal
Datang pagi - pagi ke Ubud bukan untuk hal rutin, kali ini untuk sebuah workshop Life on The Road, bagian dari acara Ubud Writers and Readers Festival 2007. Selain untuk kebutuhan kantor yang memerlukan skilku dalam ide tulisan, juga ingin tahu lebih banyak tentang profesi travel writer. Tiba di Taman Indrakila jam 08.55 sebuah villa berlokasi di Sanggingan Ubud, tempat workshop diadakan. Peserta sudah siap dengan sesi hari itu, berharap bisa mendengar cerita dari Adam Skolnick si pembicara.
Peserta sekitar 30 orang, bercampur dari berbagai negara termasuk Indonesia. Profesi pun berbeda-beda, mulai dari guru, arsitek, redaksi majalah, produser tv, retirement, pr personnels dan orang yang memang sudah mulai jadi penulis. Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar.Jam 9 tepat workshop dimulai. Sesi perkenalan dimulai dengan memperkenalkan diri masing - masing.
Adam mulai bicara tentang kenapa dia di sana dan kehadiran dia bukan untuk mengajar bagaimana menulis, namun lebih ke membagi pengalaman yang dia sudah alami. Dia mulai bercerita bahwa penulis bukan profesi untuk mencari uang, dan untuk dipercaya menjadi penulis kontributor adalah "a tough job" sambungnya lagi. Ada banyak kesempatan untuk menjadi penulis profesional, selain tergantung dari kualitas tulisan juga perlu diketahui trik me-marketing-kan tulisan itu ke suatu publikasi.
"Write as you talk" itu katanya jadi biarkan tulisan natural seperti layaknya kita berbicara, masing - masing orang punya gaya menulis berbeda - beda.
Adam menyarankan untuk memulai dulu dengan menulis hal - hal spesifik (niche reporting) di mana kita memiliki pegetahuan yang cukup tentang topik itu. Sejalan dengan itu, kemahiran kita menulis semakin meningkat untuk bisa menulis topik - topik lainnya.
Tahap berikutnya adalah mencari publikasi atau media untuk kita bisa menjadi penulis kontributornya. Pe-ernya adalah mempelajari isi majalah tersebut, di bagian mana kita bisa memasukkan tulisan kita. Coba dengan memilih majalah lokal dulu sambil latihan untuk menjalin kontak dengan redaksi. Di tiap majalah atau publikasi selalu tertera nama tim redaktur, di majalah yang besar biasanya tim redakturnya banyak dan masing - masing sesi memiliki redaktur sendiri, misalnya redaktur fashion, masakan, kecantikan, keuangan dan sebagainya, di majalah yang kecil, pekerjaan itu dirangkap. Pastikan anda menghubungi redaktur yang tepat.
Bila kita sudah memiliki satu materi tulisan yang cocok untuk suatu majalah, hubungi redaktur dari majalah yang kita targetkan. Lebih baik menghubungi via telepon. Perlu diingat bahwa redaktur adalah orang yang sangat dan super sibuk. Jadi pastikan berbicara dengan singkat dan padat, yang perlu di kemukakan adalah topik tulisan kita, kenapa tulisan tersebut layak dimuat, sampaikan dengan cara semenarik mungkin. Tidak perlu bercerita panjang lebar karena mereka tidak ada waktu untuk itu. Jadi ungkapkan dengan singkat tujuan kita dan close the deal dengan minta alamat email mereka. Setelah itu segeralah kirim topik tulisan via email. Dalam topik tulisan perlu di jelaskan latar belakang penulis, dan kenapa mereka harus mempertimbangkan kita untuk menjadi kontributor. Beberapa alasan bisa diungkapkan misalnya : Anda sudah lama tinggal di daerah itu dan mengenal narasumber yang tepat. Anda memiliki profesi di bidang itu dan telah melakukannya sekian lama.
Bila akhirnya redaktur menghubungi kembali dan setuju untuk menunjuk kita sebagai kontributor, maka mulailah merangkai isi artikel. Adam menjelaskan bahwa setelah ditunjuk tulisan akan dimuat paling cepat 3 bulan dari waktu penunjukkan, mereka akan memberikan batas waktu pengiriman materi.
Terima kasih untuk Adam yang sudah berbagi cerita bernilai ini.
Selamat memulai menulis.
Selanjutnya…
Berbagai cara mengutarakan topik
Biaya selama perjalanan
PR simbiosis
Memanfaatkan perjalanan secara maksimal
Labels:
Travel Writing - Adam Skolnick
Langganan:
Postingan (Atom)