1 Apr 2010

Say No To Plastic dan Ida Bhatara Nenten Kayun Memargi





Say No To Plastic dan Ida Bhatara Nenten Kayun Memargi


Dua pernyataan yang sangat berkaitan. Biar saya jelaskan kenapa.

Saya sudah beberapa kali mendengar mengenai gerakan peduli lingkungan, dan awal minggu ini saya mendengar sebuah presentasi dari kampanye Say No To Plastic. Dijelaskan tentang berapa jumlah sampah plastik dalam seharinya diproduksi oleh Bali angkanya sangat mengejutkan percaya atau tidak angkanya mencapai 750 ton (atau sama dengan 167 unit truk). Kebanyakan adalah dari botol dan gelas air mineral dan tas plastik. Anda pasti sudah mengerti efek plastik bagi lingkungan serta manusia sendiri.

Say No To Plastic menawarkan satu gerakan dengan mengurangi penggunakan tas plastik dan menggantinya dengan tas kain yang bisa digunakan kembali. Beberapa reaksi muncul, tentunya suka dan sinis, apapun itu, saya pribadi sebagai orang Bali sangat menghargai orang – orang yang peduli akan pulau saya tercinta.

Ada juga yang berpendapat untuk kembali ke konsep Tri Hita Karana, betul sekali, namun konsep THK sangat luas. Pertanyaannya adalah … Apakah eksekusi kita dari konsep THK yang kita banggakan itu?

Kita beralih ke cerita tentang Ida Bhatara Nenten Kayun Memargi. Seperti kita ketahui untuk karya besar seperti Panca Bali Krama di Pura Besakih diadakan ritual Melasti. Upacara Melasti melewati beberapa desa hingga ke Pura Kotok di Pantai Klotok Klungkung. Lihat tulisan saya sebelumnya tentang melasti klik disini. Singkat cerita, saya sering mendengar ini dan tahun lalu melihat langsung, secara gaib ini terjadi, saat Ida Bhatara memargi (berjalan) bila ada unsur plastik dalam salah satu penjor atau sesembahan disisi jalan Beliau tidak berkenan untuk lewat. Terlihat secara kasat mata, tiba-tiba pengiring tidak dapat menggerakkan kakinya, atau terasa sangat berat dan tidak bisa melangkah. Para pengiring akan mencari tahu ada apa, kenapa Ida Bhatara Nenten Kayun Memargi? Dan ditemukankanlah unsur plastik dalam salah satu penjor, seketika penjor diturunkan dan beliau berkenan untuk lewat dan sepanjang jalan ini terjadi beberapa kali. Sulit dipercaya tapi begitulah kekuatan Beliau.

Apa yang bisa kita ambil dari phenomena ini? Seharusnya kita lebih sensitif bahwa Tuhan sudah mengingatkan kita akan unsur yang membahayakan ini mengenai tanda yang beliau berikan. Beliau pun Say No To Plastik (nunas rugra tiyang Ratu Ida Bathara). Kenapa kita tidak?

Mungkin kita bisa mulai dari hal kecil, misalnya sebisanya kurangi penggunaan plastik, bawa tas sendiri ke Pasar/Supermarket dan beli wadah air (yang aman) bawa bekal air dari rumah sebisa mungkin. Think global ,act local. Terus terang saya belum melakukannya, dan saya akan lakukan itu segera.

Saya tertarik menulis ini di catat pribadi saya karena bagi saya ini adalah gerakan dan peringatan untuk kita demi masa depan pulau kita tercinta ini. Saya dedikasi tulisan ini kepada mereka yang peduli akan masa depan Bali. Berharap penduduk Bali membaca ini, dan menjadi bagian salah satu gerakan mulia ini.


2 komentar:

  1. Saya setuju sekali dengan upaya pengurangan penggunaan plastik dalam keseharian kita. Saya termasuk salah seorang yang berusaha menghemat tas kresek dengan cara membawa tas kain dan menyimpan tas kresek bekas dengan baik untuk dipakai lagi.

    BRAVO!!!
    Julita

    BalasHapus
  2. Hi Julita, terima kasih, mudah-mudahan makin banyak yang peduli.

    BalasHapus